Pemanfaatan Berbagai Jenis Biji Tanaman Sebagai Bahan Baku Dalam
Pembuatan Tempe Dalam
Rangka Pengembangan Skill Dan
Kewirausahaan Mahasiswa IKIP PGRI Jember
Dwi Nur Rikhma Sari*; Hasni Ummul Hasanah=
Program Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika
dan IPA
IKIP PGRI JEMBER
Email: *dnrs129_dinnurrisa@yahoo.com
ABSTRAK
Program
Studi Pendidikan Biologi FP. MIPA merupakan salah satu bagian dari program
studi yang ada di IKIP PGRI Jember. Secara umum, mahasiswa IKIP PGRI Jember
berasumsi bahwa kesuksesan memasuki dunia kerja akan dapat dilalui dengan mudah
jika mahasiswa tersebut memiliki IPK diatas 3, dan hanya sebagian yang memiliki
kesadaran akan pentingnya pengembangan softskill dengan mengikuti berbagai
kegiatas seperti organisasi ekstra kampus, Program Kreatif Mahasiswa dan
sebagainya.
Pada mata kuliah mikrobiologi, mahasiswa mendapatkan pertemuan
khusus untuk pratikumnya, dimana mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan skill
tentang berbagai macam teknik aplikasi dalam mikrobiologi. Salah satu bahasan
praktik yang diberikan kepada mahasiswa yaitu pembuatan tempe dengan berbagai
bahan baku dasar biji-bijian dari berbagai tanaman, antara lain: biji
nangka (beton), kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang koro, kacang
edamame dan biji kopi. Meski menghasilkan aroma, rasa dan tekstur yang berbeda,
tetapi dapat dikonsumsi dikarenakan kandungan biji yang digunakan juga
mengandung gizi yang diperlukan. Untuk mendapatkan tempe dengan berbagai jenis
biji-bijian harus memperhatikan prosedur pengolahan biji dengan baik dan benar
sehingga bisa menghasilkan produk tempe berbahan baku dasar biji-bijian yang
berkualitas dan menarik. Acara pelatihan soft skill dan
kewirausahaan ini berjalan dengan lancer dan sukses, ditunjukkan dengan
antusias mahasiswa semester
V Prodi Pendidikan Biologi FP MIPA IKIP PGRI Jember yang menempuh mata kuliah
mikrobiologi yang sangat baik. Motivasi dan Minat tentang skill dan jiwa
kewirausahaan mahasiswa semester
V Prodi Pendidikan Biologi FP MIPA IKIP PGRI Jember yang menempuh mata kuliah
mikrobiologi menjadi meningkat.
Key
Words : Tempe, Berbagai Jenis
Biji, Skill dan Kewirausahaan
PENDAHULUAN
Program
Studi Pendidikan Biologi FP. MIPA merupakan salah satu bagian dari program
studi yang ada di IKIP PGRI Jember. Secara umum, mahasiswa IKIP PGRI Jember
berasumsi bahwa kesuksesan memasuki dunia kerja akan dapat dilalui dengan mudah
jika mahasiswa tersebut memiliki IPK diatas 3, dan hanya sebagian yang memiliki
kesadaran akan pentingnya pengembangan softskill
dengan mengikuti berbagai kegiatas seperti organisasi ekstra kampus, Program
Kreatif Mahasiswa dan sebagainya.
Jiwa
kewirausahaan tidak semata-mata menjadi seorang wirausaha. tetapi setiap
mahasiswa wajib memiliki jiwa kewirausahaan untuk mendukung kemampuan
intelektualnya, antara lain kemandirian, jujur, inovatif, kreatif, inisiatif,
sikap daya juang atau pantang menyerah serta integritas yang tinggi.. Pada mata
kuliah mikrobiologi, mahasiswa mendapatkan pertemuan khusus untuk pratikumnya,
dimana mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan skill tentang berbagai macam teknik aplikasi dalam mikrobiologi.
Salah satu bahasan praktik yang diberikan kepada mahasiswa yaitu pembuatan
tempe dengan berbagai bahan baku dasar biji-bijian dari berbagai tanaman. Tempe
biasanya dibuat dari kedelai karena kedelai mengandung protein sebesar 35%,
sehingga kedelai masih merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tempe. Tetapi
ada juga tempe yang terbuat dari kacang-kacangan lain seperti koro, melanding,
bahkan yang terbuat dari kacang hijau (Adamsan (2009); Anneahira (2007)).
Berdasarkan permasalah tersebut, perlu diberikan pelatihan skill
mengenai pembuatan tempe dengan berbahan baku dasar selain kacang kedelai yang
dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa
semester V Prodi Pendidikan
Biologi FP MIPA IKIP PGRI Jember yang menempuh mata kuliah mikrobiologi. Adapun tujuan pemberian pelatihan
kepada mahasiswa ini yaitu untuk memberikan pengetahuan dan skill tentang pemanfaatan berbagai jenis
biji yang digunakan sebagai bahan pengganti kacang kedelai sebagai bahan
pembuatan tempe serta diharapkan dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan
mahasiswa sebagai bekal mandiri untuk menghadapi persaingan setelah lulus
studi, khususnya mahasiswa IKIP PGRI Jember di Kabupaten Jember.
ALAT
DAN BAHAN
Adapun peralatan yang
digunakan sebagai berikut : baskom, saringan, panci, kompor, pengaduk, nampan,
rak penyimpanan, sendok, Ose, objek glass dan mikroskop (untuk hifa jamur pada
tempe). Bahan yang digunakan yaitu: ragi tempe atau biakan murni Rhizopus oryzae, plastic, daun pisang, Edamame
(Glycine max); Kacang Kratok (Phaseolus lunatus); Kacang Kedelai (Glycine max, (Linn.)); Kacang
Hijau (Vigna radiata); Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.); Kacang Merah (Vigna angularis L.); Biji Kopi (Coffea
arabica) dan Kacang Koro (Canavalia
sp.).
METODE
PELAKSANAAN
Kegiatan
pelatihan dan pendampingan dilakukan dengan beberapa tahapan pelaksanaan, yaitu
tahap sosialisasi (tahap penyuluhan dan diskusi) dan tahap pelaksanaan (tahap
praktik). Penyampaian materi dengan metode pemberian materi oleh Dosen Ahli
dalam bidangnya dan disuksi selama proses penyampaian materi. Kegiatan praktik
dilakukan oleh mahasiswa yang menempuh mata kuliah mikrobiologi. Kegiatan ini
dilakukan selama 2 hari yaitu hari Senin 22 Desember 2014 dilaksanakan di ruang
perkuliahan IKIP PGRI Jember dan hari Rabu 24
Desember 2014 dilaksanakan di Laboratoirum FP. MIPA IKIP PGRI Jember dari jam
09.00-12.00 WIB. Adapun metode dalam pelaksanaan IbM ini
sebagai berikut:
A.
Tahap Sosialisasi dan Penyuluhan
Tahap
sosialisasi dilakukan dengan memberikan materi dan pemahaman tentang
mikrobiologi dan pembuatan tempe secara sederhana serta dilakukan ujian
post-test setelah dilaksanakan pelatihan tersebut. Adapun materi sosialisasi
adalah:
-
Memberikan
pemahaman dan penjelasan tentang tentang tempe dan prosedur penanganan tempe dengan berbagai bahan
baku dasar selain kacang kedelai.
-
Memberikan pemahaman tentang
prosedur pengelolaan tempe dan faktor yang mempengaruhi sebelum dan selama
proses berlangsung.
-
Memberikan
pemahaman dan penjelasan tentang strategi pemasaran serta manajemen produksi
guna menghadapi persaingan pasar.
-
Panduan teknis berbagai pemanfaatan dan
pengolahan tempe
B.
Tahap Pelaksanaan dan Praktik
Tahap
pelaksanaan dan praktik ini
dilakukan dengan menggunakan metode pelatihan soft-skill pada mahasiswa mengenai teknis pembuatan
tempe. Selain itu, dalam tahapan ini Tim Pengusul memberikan pelatihan teknik
pengolahan hasil produksi yang meliputi teknik pengemasan dan pelabelan produk
diversifikasi tempe sehingga memberikan
penampilan yang menarik bagi konsumen.
Adapun tahapan dalam pembuatan tempe : Pembuatan tempe secara
umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman,
pencucian, inokulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi (Hermana & Karmini, 1999). Pada tahap awal
pembuatan tempe, biji tanaman direbus. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai
proses hidrasi, yaitu agar biji menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga
dimaksudkan untuk melunakkan biji supaya nantinya dapat menyerap asam pada
tahap perendaman. Kulit biji dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi
dapat menembus biji tanaman selama proses fermentasi. Pengupasan dapat
dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat pengupas
kulit biji. Setelah dikupas, biji tanaman direndam. Tujuan tahap perendaman
ialah untuk hidrasi biji dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat
secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi.
Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi
tempe ataupun kultur R. oligosporus murni. Inokulasi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang tanaman
yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum pembungkusan;
atau (2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan
beberapa lama, lalu dikeringkan. Setelah diinokulasi, biji-biji tanaman
dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan
pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun
jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara
karena kapang tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari
daun atau plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk. Biji-biji
yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada proses
ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji tanaman, menyatukannya
menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 °C–37 °C
selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang
menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi, sementara proses
tradisional menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan waktu fermentasi
sampai 36 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum kegiatan
penyuluhan ini dilaksanakan maka dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
Merencanakan kegiatan, mempersiapkan waktu, tempat pelaksanaan serta kesesuai
materi praktikum dengan materi pelatihan. Melakukan persiapan sehari sebelum
pelaksanaan pelatihan dengan mahasiswa meminta membawa dan mempersiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan selama proses pelatihan praktik pembuatan tempe.
Pelaksanaan kegiatan pelatihan
berlangsung selama 2 hari yaitu pada hari Senin, 22 Desember 2014 dari jam
09.00 WIB s.d 12.00 WIB, dengan dihadiri ± 60 peserta yaitu mahasiswa semester V Prodi Pendidikan Biologi FP MIPA
IKIP PGRI Jember, 1 orang pendamping yaitu karyawan labortorium biologi
FP. MIPA IKIP PGRI Jember serta Tim Pengusul. Kegiatan berupa penyampaian materi
pelatihan serta aplikasi praktik secara langsung mengenai pembuatan tempe.
Tahap pertama yaitu Penyuluhan dengan
memberikan materi tentang mikrobiologi dan teori mengenai mikroba, tempe serta
prosedur pembuatan tempe sederhana yang diberikan oleh Tim Pengusul. Pada tahap
ini, dilakukan dengan metode ceramah berupa presentasi menggunakan program
power point dan alat LCD di ruang perkuliahan serta metode diskusi interaktif.
Tahap ini dihadiri oleh mahasiswa semester
V Prodi Pendidikan Biologi FP MIPA IKIP PGRI Jember yang menempuh mata
kuliah mikrobiologi. Pada Gambar 1, terlihat bahwa mahasiswa semester V Prodi
Pendidikan Biologi sangat antusias menghadiri dan menerima materi/teori tentang
mikrobiologi dan prosedur pembuatan tempe di dalam kelas serta mahasiswa sedang
melaksanakan post-test setelah pemberian materi selesai.


|
Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan dan
praktik ini
dilakukan dengan menggunakan metode pelatihan soft-skill pada mahasiswa mengenai teknis pembuatan
tempe. Selain itu, dalam tahapan ini Tim Pengusul memberikan pelatihan teknik
pengolahan hasil produksi yang meliputi teknik pengemasan dan pelabelan produk
diversifikasi tempe sehingga memberikan penampilan yang menarik bagi konsumen.
Tahap ini dilaksanakan di Laboratorium FP. MIPA IKIP PGRI Jember pada hari Rabu
24 Desember 2014 dimuali dari jam 09.00-12.00 WIB yang diikuti oleh seluruh
mahasiswa semester V Prodi Pendidikan
Biologi FP MIPA IKIP PGRI Jember yang menempuh mata kuliah mikrobiologi.
Pada tahap ini, Tim Pengusul selaku Dosen memberikan demo tentang skill tentang praktik mikrobiologi serta
tentang prosedur pembuatan tempe. Mahaiswa diberikan waktu untuk mempraktikan
secara mandiri dengan membentuk kelompok kecil sesuai dengan bahan baku
masing-masing kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini,
mahasiswa diberikan kesempatan untuk mempraktekan sendiri produk tempe dengan
bahan baku selain kacang kedelai sesuai dengan prosedur yang telah diberikan
pada materi sebelumnya (Gambar 2). Untuk hasil pembuatan tempe, menunjukkan
bahwa mahasiswa memiliki soft skill
yang baik dalam pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai jual
(Gambar 3).
Tempe
merupakan salah satu bahan makanan lokal yang biasa dimanfaatkan dan
dianekaragaman. Tempe termasuk bahan makanan yang banyak mengandung cadangan
protein. Tempe dapat dijadikan bahan makanan (Moehji, 2002).
Dalam
pembuatan tempe, selain menggunakan kacang kedelai, juga dapat menggunakan
berbagai biji tanaman yang lain seperti biji
nangka (beton), kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang koro, kacang
edamame dan biji kopi. Berbagai biji pada tanaman memiliki kandungan yang
beragam, salah satunya kandungan protein meskipun pada masing-masing biji
memiliki kadar yang berbeda. Sebagai contoh kandungan biji nangka yang
mengandung zat gizi per 100 gram bahan meliputi kalori 165, 0, protein 4,2 (g),
lemak 0,1 (g), karbohidrat 36,7 (gr), kalsium 33,0 (mg), besi 200,0 (mg),
fosfor 1,0 (mg), vit B1 0,20 (mg), vit C 10,0 (mg), air 57 (%). Kandungan kimia
tepung biji nangka meliputi air 12,40 (%), protein 12,19 (g), lemak 1,12 (g),
serat kasar 2,74, abu 3,24, bahan ekstra tanpa nitrogen 68,8, pati 56,21 (Sari,
2012). Biji kacang hijau memiliki kandungan protein 22,9% yang bisa menambah
protein pada berbagai produk makanan (Astanto et al., 2006 dalam Putri,
2011). Untuk kandungan biji kacang tanah mengandung lemak (40-50%), protein
(27%), karbohidrat, lesitin, kolin, serta vitamin (A, B, C, D, E, dan
K), juga mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium,
Phospor, Kalium, dan Sulphur. Protein yang terkandung dalam kacang
tanah jauh lebih tinggi daripada yang terkandung di dalam daging, telur, dan
kacang soya (Vian, 2009). Kandungan protein dan profil asam amino dalam 100 gr
kacang merah (kidney bean) dari yang terbanyak adalah asam glutamat
(1323 mg), asam aspartat (1049 mg), leucine (693 mg), lysine (595 mg), arginine
(537 mg), serine (472 mg), phenylalanine (469 mg), valine (454 mg), isoleucine
(383 mg), proline (368 mg), threonine (365 mg), alanine (364 mg), glycine (339
mg), dan lain-lain sisanya di bawah 300 mg (Adi, 2013). Protein terdapat dalam
biji kopi kering dengan kadar antara 8 sampai 12 persen. Biji kopi
segar yang telah matang mengandung setidaknya 4 miligram asam amino per gram
biji kopi untuk kopi robusta, dan 4.5 miligram per gram biji kopi untuk kopi
arabika. Pada kopi arabika maupun robusta, alanin adalah asam amino terbanyak
dengan kadar 1.2 mg/gram biji kopi arabika dan 0.8 mg/gram biji kopi robusta,
diikuti asparagin dengan kadar 0.66 mg/gram biji kopi arabika dan 0.36 mg/gram
per biji kopi robusta (Murkoic and Derler, 2006).
Oleh karena itu,
pembuatan tempe bahan dasar yaitu kedelai dapat diganti dengan menggunakan
berbagai biji tanaman. Meski menghasilkan aroma, rasa dan tekstur yang berbeda
(Tabel 1 sampai dengan 7), tetapi dapat dikonsumsi dikarenakan kandungan biji
yang digunakan juga mengandung gizi yang diperlukan. Untuk mendapatkan tempe
dengan berbagai jenis biji-bijian harus memperhatikan prosedur pengolahan biji
dengan baik dan benar sehingga bisa menghasilkan produk tempe berbahan baku
dasar biji-bijian yang berkualitas dan menarik.
|


|


Tabel 1. Hasil Pengamatan Tempe Berbahan Baku Biji Nangka (Beton)
Bahan Pembungkus
|
Pemberian
![]() |
Makroskopis Biji Beton
|
Hasil Pengamatan
|
||
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
|||
Daun
Pisang
|
1
![]() |
Asam
|
Lembut
|
aroma
tepe
|
_
|
3
![]() |
Asam
|
Lembut
|
aroma
tepe
|
_
|
|
Kantong
Plastik
|
1
![]() |
Asam
|
Keras
|
aroma
tepe
|
_
|
3
![]() |
Asam
|
Keras
|
aroma
tepe
|
_
|
Tabel 2.
Hasil Pengamatan Tempe Berbahan Biji Kacang Hijau (Vigna radiata)
No
|
Bahan Pembungkus
|
Pemberian
![]() |
Makroskopis Biji
Kacang Kedelai
|
Hasil Pengamatan
|
||
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
||||
1.
|
Daun Pisang
|
1
![]() |
Manis
|
Kenyal
Sedikit
lembut
|
Manis bau jamur
|
![]() |
3
![]() |
Manis
|
Kenyal
Sedikit
lembut
|
Manis bau jamur
|
|||
2.
|
Plastik
|
1
![]() |
Manis
|
Kenyal
Sedikit
lembut
|
Manis bau jamur
|
![]() |
3
![]() |
Manis
|
Kenyal
Sedikit
lembut
|
Manis bau jamur
|
Tabel 3. Hasil Pengamatan Tempe Berbahan Baku Biji Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.)
No
|
Bahan pembungkus
|
Pemberian
![]() |
Makroskopis Biji Kacang Tanah
|
|||
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
Hasil
Pengamatan
|
|||
1
|
Daun Pisang
|
1
![]() |
Gurih tetapi lebih guring
kacang kedelai
|
Lunak, padat menyatu karena
jamur tumbuh dengan rata
|
Langu
|
![]() |
3
![]() |
Gurih tetapi lebih guring
kacang kedelai
|
Lunak, padat menyatu karena
jamur tumbuh dengan rata
|
Langu
|
|||
2
|
Plastik
|
1
![]() |
Gurih tetapi lebih guring
kacang kedelai
|
Padat menyatu dan jamur
tumbuh dengan rata
|
Langu
|
![]() |
3
![]() |
Gurih tetapi lebih guring
kacang kedelai
|
Padat menyatu dan jamur
tumbuh dengan rata
|
Langu
|
Tabel 4.
Hasil Pengamatan Tempe Berbahan Baku Biji Kacang Kratok (Phaseolus lunatus)
dan Kacang Edamame (Glycine
max)
No.
|
Bahan
pembungkus
|
Pemberian
![]() |
Makroskopis Biji Kacang Edamame
|
Hasil
Pengamatan
|
||
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
||||
1.
|
Daun
Pisang
|
1
![]() |
Gurih
dan Lembut
|
Padat dan lembut
|
Aroma ragi, daun pisang
|
![]() |
|
3
![]() |
Gurih
dan Lembut
|
Padat dan lembut
|
Aroma ragi, daun pisang,
|
||
2.
|
Plastik
|
1
![]() |
gurih
|
Padat dan lembut
|
Aroma ragi
|
![]() |
|
3
![]() |
gurih
|
Padat dan lembut
|
Aroma ragi
|
||
No.
|
Bahan
pembungkus
|
Pemberian
![]() |
Makroskopis Biji Kacang Kratok
|
Hasil
Pengamatan
|
||
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
||||
1.
|
Daun
Pisang
|
1
![]() |
Gurih
dan Lembut
|
Padat dan lembut
|
Aroma ragi, daun pisang
|
![]() |
|
3
![]() |
Gurih
dan Lembut
|
Padat dan lembut
|
Aroma ragi, daun pisang,
|
||
2.
|
Plastik
|
1
![]() |
gurih
|
Padat dan lembut
|
Aroma ragi
|
![]() |
|
3
![]() |
gurih
|
Padat dan lembut
|
Aroma ragi
|
Tabel 5.
Hasil Pengamatan Tempe Berbahan Baku Biji Kacang Merah (Vigna angularis L.)
No.
|
Bahan pembungkus
|
Pemberian
![]() |
Makroskopis Biji Kacang Merah
|
Hasil Pengamatan
|
||
rasa
|
Tekstur
|
aroma
|
||||
1
|
Daun Pisang
|
1
![]() |
Tempe
pahit
|
Menyatu
lunak
|
Aroma tape
|
![]() |
3
![]() |
Tempe
pahit
|
Menyatu
lunak
|
Aroma
tape
|
|||
2
|
Plastik
|
1
![]() |
Tempe
pahit
|
Menyatu
lunak
|
Aroma
tape
|
|
3
![]() |
Tempe
pahit
|
Menyatu
lunak
|
Aroma
tape
|
Tabel 6.
Hasil Pengamatan Tempe Berbahan Baku Biji Kopi (Coffea arabica)
Bahan Pembungkus
|
Pemberian
![]() |
Makrospokis Biji
Kopi
|
Hasil Pengamatan
|
||
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
|||
Daun pisang
|
1
![]() |
Sedikit pahit
|
Hifa jamur ada dan Kopi
masih keras.
|
Kopi
|
![]() |
|
3
![]() |
Sedikit pahit
|
Hifa jamur ada dan
banyak dan Kopi masih keras.
|
Kopi
|
|
Plastik
|
1
![]() |
Sedikit pahit
|
Hifa jamur ada dan Kopi
masih keras.
|
Kopi
|
|
|
3
![]() |
Sedikit pahit
|
Hifa jamur ada
tetapi tidak sebanyak di daun pisang dan Kopi masih keras.
|
Kopi
|
Tabel 7.
Hasil Pengamatan Tempe Berbahan Baku Biji Kacang Koro (Canavalia sp.)
Bahan Pembungkus
|
Pemberian
![]() |
Makrospokis
Biji Kacang Koro
|
Hasil
Pengamatan
|
||
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
|||
Plastik
|
1
![]() |
Gurih
|
Kurang
padat
|
kacang tolo
|
![]() |
3
![]() |
Gurih
|
Kurang
padat
|
kacang tolo
|
||
Daun
Pisang
|
1
![]() |
Gurih
|
Lebih padat
|
kacang tolo
|
![]() |
3
![]() |
Gurih
|
Lebih padat
|
kacang tolo
|
KESIMPULAN DAN SARAN
Acara
pelatihan soft skill dan kewirausahaan ini berjalan dengan lancer dan
sukses, ditunjukkan dengan antusias mahasiswa semester V Prodi Pendidikan Biologi FP MIPA IKIP
PGRI Jember yang menempuh mata kuliah mikrobiologi yang sangat baik. Motivasi
dan Minat tentang skill dan jiwa
kewirausahaan mahasiswa semester
V Prodi Pendidikan Biologi FP MIPA IKIP PGRI Jember yang menempuh mata kuliah
mikrobiologi menjadi meningkat.
Mengingat besarnya
manfaat kegiatan pengabdian pada masyarakat ini khususnya bagis mahasiswa semester V Prodi Pendidikan
Biologi FP MIPA IKIP PGRI Jember yang menempuh mata kuliah mikrobiologi,
maka selanjutnya perlu: mengadakan acara pelatihan soft skill dan kewirausahaan untuk semua mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FP MIPA
maupun semua mahasiswa IKIP PGRI Jember serta perlu dilakukan pengujian secara
statistik untuk mengetahui besarnya peningkatan skill dan motivasi mahasiswa setelah dilakukan pelatihan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Adamsan. 2009. Tempe dan Prosese Pembuatannya.
http://www.ad4msan.com/"tempe-dan-proses-pembuatannya.html
Anneahira. 2007. Manfaat Makanan
Fermentasi Bagi Tubuh. http ://www.anneahira.com/makanan-fermentasi.html